Rabu, 26 Januari 2011

Israel membuat saudaraku bungkam!

Malam ini, seharusnya aku menulis sinopsis thesis yang ditugaskan oleh ketua program studi, yang harus dikumpulkan tiga hari lagi. Tapi, berita yang kudapat barusan dari saudaraku di Palestina membuatku tak kuasa menulis sinopsis thesis tersebut. Berita tersebut mebuat thesisku seolah-olah tidak penting.
lima belas menit lalu, saudaraku di Palestina, menyapaku di yahoo. Seperti biasa, penduduk kota Nablus itu sangat hangat dan ramah, walau kutahu di tempat tinggalnya sana, di negerinya sendiri, tidak ada lagi kehangatan dan keramahan. Seperti biasa, dia menanyakan kabarku dan keluargaku di Indonesia. Dan tentunya kujawab baik-baik saja. Kemudian aku sempat bercerita dengan kondisiku yang sedang kerepotan karena pembantuku berhenti kerja, sehingga tugas-tugas kuliahku banyak terbengkalai. Oh tak kusangka ceritaku ini menjadi sangat memalukan, baru ditinggal pembantu aja sudah mengeluh. Padahal dia di sana mengahadapi banyak masalah dan tekanan, untuk beribadah lho!
Kemudian, setelah lama terdiam, tangannya tidak mengetik apapaun, tidak sepertinya dia meminta. Ya, dia minta didoakan agar keluarga dan muslim di Palestina diberi kekuatan. Dan aku balas biasa saja, ya pasti kudoakan untuk kalian di sana. Kataku dalam chatting tersebut.
Dan dia pun terdiam lagi. Aku hanya mengira dia sedang melakukan hal yang lain. Ternyata dia hanya menahan perasaan dan keinginan untuk bercerita.
Dia pun mengetik kembali dengan mengatakan bahwa dia sedang sedih. Tak seperti biasanya orang-orang palestina yang kuat, mengatakan bahwa mereka sedang bersedih. Mungkin beban yang dipundaknya terlalu berat. Dia berkata, bahwa semalam (24 januari 2011), tentara Israel menjemput paksa sepupu laki-lakinya, dan sampai sekarang dia tidak tahu keberadaan sepupunya itu. Dia hanya minta aku mendoakan sepupunya tersebut, dan kemudian dia seperti menyesal bercerita kepadaku.
Dan aku dengan tidak punya perasaan, malah menanyakan tentang sepupunya tersebut, menanyakan usianya, dan pekerjaannya. Dia menjawab dengan mengetik “22 y”, dengan maksud 22 tahun dan dia bilang bahwa sepupunya tersebut baru lulus kuliah. Aku juga sempat bertanya, apa donk alasan Israel menculik sepupunya tersebut. Dia hanya bilang tidak tahu, namun kemungkinan berhubungan dengan kakaknya sepupu yang ditangkap tersebut yang sudah dipenjara selama 9 tahun.
Aku sempat memintanya menulis email tentang penculikan tersebut, dan mengirimnya ke kantor berita nasional. Dia mengiyakan dan segera menulis. Tapi kemudian, dia membatalkan. Dia bilang bahwa seandainya kasus ini terekspos di media, maka akan berbahaya buat keselamatan sepupunya tersebut. Sehingga, ketika kutanya nama sepupunya dan jam ketika penculikan pun, dia tidak mau menjawab.
Sebesar itukah kekuatan penjahat biadab itu, sehingga mampu menutup mulut saudaraku di sana! Padahal, diungkap atau tidak di media, keluarganya yang diculik tidak pernah kembali. Tidak! Baik laki-laki ataupun perempuan. Padahal, Tepi Barat tempatnya tinggal sering dianggap tempat aman, dan diberi kemudahan akses keluar.
Seperti bagaimana dia bisa keluar dari Palestina dan kemudian datang ke Indonesia untuk menghadiri undangan training yang diadakan oleh kantorku dua tahun lalu. Itu adalah bukti bahawa dia masih diberi kemudahan oleh Israel. Tapi berbaik-baik dengan Israel bukan berarti akan diperlakukan baik seterusnya, itu terbukti, sekitar dua bulan lalu, terjadi penembakan terhadap pemuda di Nablus yang merupakan teman kuliah saudara Palestinianku yang lain.
Yah, aku jadi malu. Benar-benar malu. Di sini kita masih banyak mengeluh dan mengeluh. Masih banyak menghabiskan waktu hanya untuk dunia fana. Di sana mereka berdarah-darah hanya untuk beribadah, mempertahankan akidah.
Sampai sekarang, berita tersebut masih belum diketahui dunia. Dan yang pasti masih banyak kisah-kisah kain yang belum diketahui dunia luar karena kebungkaman mereka!

Tidak ada komentar: