
Mumpung lagi libur kuliah, maka dini hari ini saya dedikasikan untuk mencoba mereview buku yang sangat menginspirasi saya, yang berjudul "Saga No Gabai Baachan: Nenek Hebat dari Saga". Semoga bermanfaat dan teman-teman atau temannya teman-teman, atau keluarganya teman-teman tertarik untuk membeli atau meminjam dan membaca bukunya *promogratis*.
__________________
Pendahuluan
"Kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang ditentukan oleh uang, tetapi kebahagiaan itu adalah sesuatu yang ditentukan oleh diri kita sendiri, oleh hati kita (hal: 12)". Kira-kira seperti itulah pengantar pada buku ini, yang mengingatkan kita bahwa kita bisa berbahagia kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apapun, sebagaimana kisah hidup Nenek dan Cucunya dalam buku ini.
Ulasan Buku
Buku ringan yang terdiri dari 264 halaman yang terdiri dari 1 halaman Testimoni, 1 halaman identitas buku, 1 halaman salinan cover buku, 1 halaman foto Nenek, 6 halaman Prolog, 241 halaman isi (tersaji dalam 17 bab), 3 halaman Penutup, 3 halaman Catatan Tambahan, 7 halaman Tips Hidup yang Menyenangkan dari Nenek Osano (termasuk halaman foto Nenek), dan 1 halaman Tentang Pengarang, dan sisanya adalah halaman-halaman yang memang sengaja disajikan kosong, halaman-halaman yang berisi pesan dari penerbit, dan halaman-halaman ilustrasi yang mengawali setiap bab. Jenis font yang atraktif dan pemilihan kata yang ringan menjadikan buku ini begitu mudah dibaca, sehingga dapat dibaca kurang dari 2 jam saja.
Bab pertama buku ini berjudul "Dorongan dari Ibu" menceritakan kehidupan Pengarang dan serta Ayah Ibunya di Hiroshima serta bagaimana ia akhirnya dikirim oleh ibunya ke Saga -tempat tinggal neneknya- melalui sebuah dorongan di ke dalam kereta di Stasiun Hiroshima. Dorongan yang diceritakan dalam buku ini adalah dorongan fisik yang sungguhan. Namun juga bisa kita artikan sebagai sebuah dorongan sebagai titik tolak keberhasilan seseorang.
Bab kedua berjudul "Dari Miskin jadi Miskin" menceritakan bagaimana kehidupan pengarang yang sebelumnya sudah miskin bersama Ibunya di Hiroshima menjadi lebih miskin lagi bersama Neneknya di Saga. Dalam kemiskinannnya Nenek mengajarkan mandiri-bagaimana pengarang harus bisa memasak nasi sendiri-, religius-selalu memberi persembahan untuk Patung Buddha-, pandai memanfaatkan peluang dan memaksimalkan yang ada-misalnya berjalan dengan membawa magnet U yang diikat di pinggang dan menghasilkan logam yang bisa dijual dan bagaimana Nenek memanfaatkan sungai dekat rumahnya sebagai supermarket yang mengantarkan makanan untuk dimasak, kayu bakar, dan bahkan sandal-, dan hal-hal positif lainnya.
Bab ketiga berjudul "Roda Kehidupan yang Cemerlang", mengisahkan pengarang yang sudah mulai bersekolah di Saga yaitu di Sekolah Dasar Akamatsu. Bab ini mengisahkan bagaimana kehidupan pengarang sebagai anak usia sekolah yang menyukai permainan dan berbagai kesenangan dengan caranya menikmati masa tersebut dengan kemiskinan. Dengan prinsip "miskin ceria" yang diajarkan sang Nenek, ia bisa menikmati berbagai permainan yang menyenangkan, seperti bagaimana ia memanjat pohon sekaligus memanfaatkan buah-buahan yang ada sebagai camilan, sehingga ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli camilan. juga bagaimana ia menggunakan kayu-kayu bekas untuk membuat rakit dan bermain di sungai. Juga ketika pengarang memilih olahraga lari -tanpa sepatu- sebagai pilihan latihan, karena itulah satu-satunya latihan yang tidak memerlukan biaya alias gratis.
Bab keempat berjudul "Cara Tepat Hidup Miskin". Bab ini mengisahkan cara-cara jenius Nenek untuk bisa tetap hidup dalam kemiskinan. Nenek berprinsip "meski ada barang yang dapat dipungut, bukan berarti kita dapat membuang (hal: 260)" dan "benda yang didapat dari memungut sekalipun, belum tentu pantas dibuang (hal: 73)". diceritakan bagaimana Nenek memanfaatkan kulit semangka untuk kemudian dijadikan acar, lalu ampas teh yang sudah dikeringkan dan dibubuhi garam menjadi sejenis abon yang bisa dijadikannya lauk, kemudian bagaimana ia memanfaatkan tulang ikan yang kayak kalsium sampai tidak bersisa dan tetap bermanfaat -yaitu ketika sudah dijadikan sup, Nenek menjemur tulang ikan tersebut dan mencacahnya untuk kemudian dijadikan pakan ayam-. Juga bagaimana Nenek yang religius tetap mengambil buah-buahan yang disertakan orang-orang ke dalam perahu yang melewati sungai sebagai acara ritual mengantarkan roh kembali kepada Sang Buddha, dengan alasan daripada buah-buahan tersebut mengotori lautan, lebih baik dimanfaatkan.
Bab Kelima yang diberi judul "Festival Olahraga paling Berkesan sekaligus Paling Kelabu" menceritakan bagaimana pengarang selalu menjadi juara 1 lari pada festival olahraga di sekolahnya. Namun hari bahagianya ini sekaligus merupakan hari kelabu karena tidak seperti anak lainnya yang membawa bekal makanan enak dan dihadiri keluarganya. Namun peran gurunya sungguh luar biasa dalam Bab ini, dimana setiap tahunnya tanpa disadari pengarang, mereka bergantian menukarkan bekal makan mereka yang enak dengan bekal pengarang yang hanya berupa nasi dengan acar plum dan jahe, dengan alasan sang guru sakit perut. Di bab ini, buku ini mengajarkan bahwa "kebaikan sejati adalah kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang yang menerima kebaikan (hal: 92)".
Bab keenam berjudul "Kebahagiaan di dalam termos Air Panas" menceritakan tentang bagaimana nenek memanfaatkan fungsi termos air panas yang biasanya hanya digunakan untuk menampung air panas agar bisa panas lebih lama, menjadi sesuatu yang lebih multifungsi. misalnya dengan menggunakannya sebagai alat untuk menghangatkan tubuh ketika kedinginan -sekaligus kelaparan karena dingin- dengan cara membungkusnya dengan kain dan meletakkannya di kaki. juga bagaimana termos ini berhasil membuat pengarang mendapatkan kue gratis dari teman-temanya pada suatu acara sekolah. Di tangan Nenek, termos air panas tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan air panas.
Bab ketujuh yang berjudul "Memungut Uang" mengisahkan bagaimana Pengarang memperoleh uang sendiri dengan cara yang dinspirasi dari Neneknya. Bersama teman-teman miskin lainnya ia menggunakan magnet U yang diikat ke pinggang untuk memungut logam bekas dan kemudian dijualnya dan ia pun bisa menikmati permen kesukaan anak-anak saat itu, dan juga bia membeli Crayon 24 warna sebagai salah satu barang terbaik yang pernah ia miliki.
Bab kedelapan berjudul "Ibu dan Bocah Baseball" menceritakan bagaimana pengarang tetap merindukan Ibunya di Hiroshima. Sehingga ketika ada atlet baseball dari Hiroshima -kota tempat tinggal ibunya-, dengan penuh semangat ia menitipkan salam untuk ibunya melalui para atlet tersebut, walaupun tentunya para atlet tersebut tidak mengenal ibunya. tapi baginya, Hiroshima adalah ibunya.
Bab kesembilan dengan judul "Nenek dan Ibu" mengisahkan bagaimana Neneknya selalu berkilah setiap kali pengarang ingin mengunjungi ibunya pada waktu liburan. Sampai kemudian dengan tidak sengaja pengarang membaca surat dari ibunya untuk neneknya, yang menceritakan bahwa ibunya sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga dengan terpaksa mengurangi jumlah uang yang setiap bulan dikirimnya". Juga dikisahkan mengenai prinsip Nenek yang sangat menghargai tamu dengan menyuguhkan bir -yang termasuk mahal- jika ada tamu berkunjung.
Bab kesepuluh "Sepatu Atletik seharga 10.000 yen" mengisahkan kehidupan pengarang yang sudah mulai remaja dan dudud di bangku SMP serta aktif bermain baseball. Dengan kemandirian yang dimilikinya, pengarang bekerja paruh waktu di pasar untuk membeli peralatan basebal dan kaos seragam. Dan dengan diam-diam pula Nenek selalu memberinya dukungan dengan menonton secara diam-diam ketika pertandingan, sampai kemudian ketika pengarang diangkat menjadi Kapten Tim, Nenek menghadiahinya sepatu Spike seharga 10.000 yen. Sepatu ini merupakan barang berharga berikutnya yang dimiliki dan dibangga-banggakan oleh pengarang.
Bab kesebelas berjudul "Nilai Nol untuk Ujian; Nilai Sempurna untuk Karya Tulis" mengisahkan tentang nilai-nilai ujian pengarang yang ada dalam kisaran 1-2 dalam skala 1-5, kecuali untuk pelajaran Olahraga dan Matematika. Namun sang Nenek selalu menyemangatinya dengan mengatakan bahwa "satu dan dua kan kalo ditambahkan bakal jadi lima" dan bahwa "hidup ini adalah gabungan dar berbagai kekuatan (hal: 170)".
Pada bab keduabelas yang berjudul "Guru yang tak Terlupakan" menceritakan beberapa guru yang sangat berkesan bagi pengarang selama sekolahnya. Mulai dari guru yang menolongnya dengan "kebaikan sejati" sampai dengan guru yang menjadi korban keisengannya.
Bab ketigabelas yang diberi judul "Orang Terkenal di Saga" menceritakan Nenek sebagai orang terkenal di lingkungannya, baik karena kebaikannya ataupun karena kecerdikannya. dikisahkan bagaimana Nenek berurusan dengan tukang tahu, dengan petugas penagih tagihan air, dengan dokter di rumah sakit yang mengobati pengarang, dan dengan sepupunya. pada kisah Nenek dengan sepupunya, Nenek mengajarkan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Bab keempatbelas dengan judul "Mi Udon, Jeruk, dan Cinta Pertama" mengisahkan kehidupan pengarang yang pada masa remajanya yang sudah mulai mengenal cinta kepada lawan jenis. dan kemudian pada bab kelimabelas dengan judul "Festival Olahraga Terakhir" menceritakan bagaimana bahagianya pengarang ketika mendapati surat dari ibunya yang mengatakan bahwa ia akan datang pada festival olahraga. Dan surat tersebut ia jadikan sebagai salah satu barang berharganya yang ia pamerkan di mejanya di sekolah.
Bab keenambelas berjudul "Antara Ikut Campur dan Kebaikan" menceritakan sisi baik pengarang sebagai teman yang tenggang rasa dan suka menolong. Dikisahkan bagaimana pengarang dan teman-temannya berjuang mencari uang untuk temannya dengan cara bekerja paruh waktu agar temannya tersebut dapat mengikuti liburan sesuai dengan yang telah mereka rencanakan. dan kemudian ternyata temannya tersebut menggunakan uang bantuan tersebut untuk kebaikan yang lain.
Bab ketujuhbelas sebagai bab terakhir dengan judul "Selamat Tinggal Saga" menceritakan tentang perpisahan Nenek dan pengarang yang mengharukan. juga tentang dilema yang dialami pengarang, antara mimpi meraih cita-cita, dan Nenek yang telah memberinya banyak pelajaran berharga.
Penutup
Dengan harga Rp. 48.000,- (Menurut http://www.gramediaonline.com/results.cf... karena saya dapatnya gratisan). Buku ini sangat berharga untuk anda miliki ataupun diberikan kepada orang-orang yang berarti dalam hidup anda. Karena buku ini dapat mengingatkan kita yang terkadang lupa untuk bahagia dan tidak tahu cara menikmati hidup.
Selamat berbahagia.
Referensi:
Shimada, Yoshichi. 2001. Saga No Gabai Baachan: Nenek Hebat dari Saga. Penterjemah: Indah S. Pratidina. Kansha Books (A Division of Mahda Books).
Gramedia on Line. 2011. http://www.gramediaonline.com/results.cf... [20 Juli 2011]
Santi Utami Dewi, 20 Juli 2011.
***Gambar dipinjam dari: http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://mymilkyway.blogdetik.com/files/2011/06/205631_207567179270762_100000524453181_743748_5527446_n-198x300.jpg&imgrefurl=http://mymilkyway.blogdetik.com/2011/06/10/saga-no-gabai-baachan/&usg=__K8jVuNmVil7G5tkFsqeAWATDNj4=&h=300&w=198&sz=19&hl=en&start=20&zoom=1&um=1&itbs=1&tbnid=ajhW4xUzYS9JxM:&tbnh=116&tbnw=77&prev=/search%3Fq%3Dsaga%2Bno%2Bgabai%2Bbaachan%26um%3D1%26hl%3Den%26sa%3DN%26biw%3D1024%26bih%3D442%26tbm%3Disch&ei=IQcmTqAEkM2tB4zSuKYJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar