Entah apa yang terukir di atas tulang,
hingga membuat aku melayang dari pijakanku sekarang,
sampai tampak hitam arang.
Mungkin saja karena sudah lama tak kulewati jalan setapak ini,
jalan yang selalu nyaman untuk dinikmati,
walau hanya ditemani daun2 jatuh karena layu.
Bau tanah setapak makin merayu,
makin maju ku berpindah,
makin tertuju ku pada kenangan indah.
Strawberry....
Diary...
Dari jauh sudah bisa kudengar nyanyian rumah yang merdu,
walau dulu ku tidak percaya rumah2 juga bisa bernyanyi merdu,
gembira...
bahagia...
Jalan setapak ini masih bisa menyimpan memori,
daun itu masih bisa menyuarakan isi hati,
Gurata merah seperti semangka di ujung sana,
menuntun kaki untuk melewati rumah indah begitu saja.
Mata ingin menatap tapi tak kuasa.
Tentu saja dengan wajah sukacita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar