Selasa, 22 Januari 2008

Continuing Ndung's poetry ah....

Dua merak berjalan lamban di tepi ngarai,
dua mata memandangnya dari balik dahan rapuh,
pesona warna? bukan, kata dia,
lantas apa pesona suasana? itu kata dia,
lantas dia tertawa...

hangat senja membuat mereka lupa,
terus berjalan membawa segenggam duka,
tak terasa aku terbuai dan terlena,
bunga-bunga yang bersemi sudah mati,
musim telah berganti...

Gerimis tak menyurutkan minat dua mata,
terasa iba,
merak melebarkan warnanya,
menaungi api yang tersisa,
untuk janji yang terlupa,
angin dan hujan telah menghalau musim semi tanpa jejak,
sang merak tak perduli,
ia terus menari,
menebar pesona warna,
unntuk sepasang mata yang memandangnya...

Genangan air kecil yang dulu,
berkilau terlihat dari ujung langit,
burung terjun bebas dari pucuk mega,
menyelam dalam sejuk cinta,
tak hanya satu, dua atau tiga mutiara dan permata,
tapi tak terkira,
indah paduan warna yang ia bawa....

Tidak ada komentar: