Dawai-dawai besar mendengung seperti hujan,
dawai-dawai kecil berbisik seperti rahasia,
mendengung,
berbisik,
dan kemudian berbaur,
seperti mencurahkan mutiara besar dan kecil,
ke dalam piring berjeda...
Kita mendengar kali tersedu sedih,
di sepanjang tepian pasir,
andai dihentikan sentuhan dinginnya,
dawai itu bagai terputus,
seakan tidak terurus,
tapi nada-nada yang menghilang,
ke dasar kesedihan dan persembunyian ratapan,
lebih dapat ia bercerita dalam diam,
daripada dalam bunyi...
Sebuah jambang tiba-tiba pecah,
dan airnya tumpah...
Kuda-kuda berketopang melompat,
dan senjata-senjata membentur dan menghantam,
dan sebelum ia menjatuhkan beliungnya,
ia akhiri permainan dengan 1 pukulan...
Dan keempat dawai pun memperdengarkan satu bunyi,
seperti kain sutra yang koyak...
1 komentar:
Aduh... abdi mah teu nyeni... jadi sesah pisan mencerna puisi ieu...
sok wae lah nu tos tiasa mengartikan share jeung abdi...Tulung...tulung...
Ritse
Posting Komentar