Selasa, 18 Maret 2008

when I was being a deaf n mute...

Sungguh tak adil rasanya jika mereka para client-ku (sebutan untuk siswa berusia 17-30 thn yg menajdi amanah baru bagiku), disebut sebagai penyandang cacat hanya karena mereka mempunyai ketidaksempurnaan secara fisik. (Yups, mereka telah terlanjur disebut sebagai penyandang cacat sesuai dengan UU No. 4 thn 1997 tentang Penyandang Cacat, dimana di pasal 1 disebutkan bahwa penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari : penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental , serta penyandang cacat fisik dan mental (ganda)).
Tapi bagiku tetep rasanya tak adil jika menyebutkan mereka sebagai penyandang cacat, jadi untuk selanjutnya aku, untuk diriku sendiri dan lingkungan terdekatku yang satu bahasa denganku hanya akan menyebut mereka sebagai client saja... terserah yang lain mau setuju atau tidak... :P bagiku, para client itu hanya mempunyai kemampuan yang berbeda dengan orang-orang normal yang memiliki kesempurnaan fisik pada umumnya.

Pagi itu, ketika untuk pertama kalinya aku bergabung langsung dengan kegiatan mereka di hari Sabtu, yaitu kegiatan olahraga dan seni.
Perasaanku aneh, saat kumasuki Aula tempat 100 client-ku berlatih.
aku serasa menjadi asing di situ, merasa menjadi golongan minoritas.
APalagi ketika kulihat mereka bercanda dan tertawa dengan menggunakan bahasa mereka. Aku sama sekali tidak paham!
Aku sungguh benar2 menjadi orang yang cacat saat itu, karena aku tidak bisa memahami apa yang mereka bicarakan dan tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Kemampuan bahasa dan komunikasi aku seolah-olah tak ada gunanya saat itu.
aku benar-benar menjadi orang yang bisu & tuli yang tidak bisa memahami dan ikut ngobrol dengan mereka. yups, karrena aku memang belum bisa menggunakan bahasa mereka.
mungkin ini pula yang pernah mereka rasakan ketika mereka bergabung dengan orang-orang normal kebanyakan.

O, beginikah rasanya menjadi orang yang berbeda dengan orang kebanyakan???
Beginikah rasanya menjadi orang bisu dan tuli??

HAtiku perih,
apalagi ketika ada satu client perempuan yang dengan ramahnya dari kejauhan mengajak aku tersenyum dan menggunakan bahasa isyarat untuk menyapaku, tapi aku hanya bisa membalas dengan senyuman saja, karena bener2 gak tau harus jawab gimana... aku jawabpun, dia gak akan dengar n ngerti bahasa aku.
O ternyata aku memang belum bisa apa2 untuk membantu mereka,
padahal ada ilmu yang harus aku amalkan kepada mereka, tapi sampai saat itu aku belum tau bagaimana cara menyampaikannya...

pengalamanku menjadi orang bisu dan tuli menjadi cambuk yang hebat untukku, untuk belajar bahasa isyarat...
cambuk yang sangat hebat!

Alhamdulillah satu hari berikutnya aku sudah bisa sedikit memahami bahasa mereka, dan menjadikan aku seperti anak kecil yg belajar ngomong, masih terbata2...

Terima kasih teman2 yang sudah ngajarin aku bahasa isyarat..
aku akan terus belajar agar aku bisa lebih lancar menggunakan bahasa isyarat.
I promise!

Tidak ada komentar: