Jumat, 20 Maret 2009

Antara Tuna Rungu Wicara dan Albino

Kalo baca judulnya pasti aneh, emang apa hubungannya antara Tuna Rungu WIcara dan Albino?
Emang ada kaitannya gitu?
Yang pasti jawabannya cuma ada di pengalamanku ini.

Pada hari minggu lalu, aku sengaja memanggil dua siswa Tuna Rungu Wicara (TRW) melalui pembina asramanya agar siswa tersebut datang ke rumah dinas yang aku tempati yang tidak jauh dari kantorku. Yah, aku sengaja memanggilnya ke rumah untuk belajar Bahasa Inggris secara private.
Mereka adalah 2 dari 40 siswa jurusan KOmputer dan Elektronika yang menjadi muridku di kantor, yah tepatnya mereka adalah penerima manfaat dari Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa tempatku bekerja. memang, sudah tiga tahun ini, kantorku mecoba menerapkan sitem multi layan, jadi kami tidak hanya melayani Tuna Daksa, tapi juga Tuna Rungu Wicara. Jadi, dari 100 siswa yang kami latih setiap tahun yang ditempatkan di 5 jurusan keterampilan (Penjahitan, KOmputer, Grafhic Design, Elektronika dan Pekerjaan Logam) diantaranya adalah Tuna Rungu Wicara. tahun ini kami melatih 90 Tuna Daksa dan 10 Tuna Rungu Wicara.

Well, kembali ke dua siswa Tuna Rungu Wicara tadi, mereka adalah anak pintar dan aktif. tapi karena ketika belajar di kelas mereka suka terlihat keteteran dengan target belajar yang notabene mengikuti target TUna Daksa, diberikanlah free private ini.

Ketika aku mengajari mereka secara private,mereka sangat terlihat antusias dan menunjukkan penerimaan dan penguasaan materi yang luar biasa. Ketika sedang belajar, tiba-tiba satu dari siswa tersebut berbicara dengan isyaratnya:
"Bu, aku lihat bule, You Tube. aku tidak tahu bicaranya, gak bisa"
"Oh... kamu lihat bule di Video You Tube" kataku mencoba meyakinkan dengan menggunakan bahasa isyarat.
"BUkan, Y U S U F Bule yang di kelas elektro!" jelasnya dengan menggunakan ejaan jari.
OH...

kemudian aku teringat, Yusuf yang dia maksud adalah siswa Tuna Daksa Elektro yang menjadi muridku juga. Yusuf adalah siswa albino yang aku lupa dari propinsi mana dia berasal. Yah memang, karena albino nya ini,Yusuf sering dipanggil bule sama teman-temannya. Nah sebagai Tuna Rungu Wicara yang notabene miskin bahasa, memang siswaku ini tidak tahu yang namanya albino. yang dia tahu kalo kulitnya bule dan rambutnya pirang, maka itulah bule atau dalam kosa kata mereka disebut sebagai Amerika.
Sangat miris sekali aku melihatnya, siswa aktif seperti dia, yang bahkan walaupun Tuna Rungu Wicara, dia adalah atlet catur nasional lho!! wuih... aku saja tidak mengerti cara main catur, dia sudah jadi juara, tingkat nasional lagi!
Kemudian aku menjelaskan apa itu albino kepada mereka. Aku jelaskan dengan kalimat yang sangat sederhana.

Aku jadi merasa tertantang untuk melatih mereka, para Tuna Rungu Wicara yang ada di kantorku. agar mereka tidak lagi menjadi sosok yang miskin bahasa. aku ingin mengajari mereka bahasa yang baik. terutama Bahasa INdonesia dan Bahasa Inggris, dengan cara mengobrol banyak dengan mereka dan berdiskusi tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. agar mereka tidak lagi terpenjara di dunia bebas ini. Agar mereka paham apa yang terjadi di luar sana, agar mereka terus menerus mendapatkan informasi seperti halnya anak mendengar.

Aku jadi ingat, bagaimana seorang Tuna Rungu dari Inggris yang tuli total, bisa bicara dengan baik. dan dia bisa menyimak apa yang bibir kita ucapkan, walaupun bibir kita mengucapkan bahasa INdonesia, bukan Bahasa INggris.
Aku sangat berharap, bahwa pendidikan untuk Tuna Rungu di Indonesia bisa lebih baik, walaupun tidak sama dengan sistem yang diterapkan di Inggris sana. Insya Allah aku akan menulis hasil diskusiku dengan Tuna Rungu dari Inggris yang menakjubkan tersebut, diskusi kami tentunya mengenai metode pengajaran untuk Tuna Rungu. Mudah-mudahan aku bisa menulisnya dalam waktu cepat.

Menuju taman seribu bahagia

Kuntum semakin indah
Sejauh masih terlihat merah
Pagar menyamarkan sorot lampu
Cadar sutera menutup mata sayu
Langit yang dulu biru kini terlihat abu-abu

Ingin ku membisikkan kata sunyi pada hati, tapi sulit memahami.
Ingin ku meniup suara merdu pada nurani,
tapi sukar tuk mengagumi.

Mata masih saja memberikan kesan maya
Membuai manis setiap kata dalam kilat cahaya
Gerak tubuh membuat semua menjadi lebih nyata
Dalam dunia tanpa meriah pesta

Kuntum semakin indah
Saat musim berganti cerah
Petikan nada berbaur suara riuh rendah
Gulali di tangan mungil tanda suasana kian meriah
Dan gadis kecil berpita, pipinya semakin memerah

Masih ada rasa malu untuk memulai berkata
Meskipun ribuan sajak terlukis di dinding bertekstur rata

Dengan terbata-bata mulut itu terbuka
Membunyikan suara yang sukar diterima
Penuhilah dunia ini dengan warna derma
Manjakanlah langkahmu menuju taman seribu bahagia.