Meredup
Mulai meluntur
Mulai kabur
Mari beri warna ceria
Sayup
Mulai mendayu
Mulai merayu
Mari beri nada bahagia
Kuncup
Mulai mekar
Mulai menyebar
Mari buat ikebana dengan pita
Kuyup
Mulai basah
Mulai meriah
Mari buat semua bersukacita
Ya...
Senyummu
Kunci semuanya bermula
^_^
___________________________
ya, kunci semuanya adalah senyuman
yang kadang ahrus dipaksakan walau dalam kondisi terpahit sekalipun.
walau kadang harus tersenyum dengan diiringi air mata.
ketika hati ini terasa perih, senyum ini pun haruis tetap ada.
Biarlah Allah yang akan menghapus kesedihan itu... dan jangan biarkan senyum itu hilang.
Senin, 12 Oktober 2009
Senin, 24 Agustus 2009
Senin, 03 Agustus 2009
Standar formal
Memang sih, formal tuh gak ada standarnya. Tiap daerah dan bahkan tiap negara berbeda-beda standarnya. Contohnya, penduduk di negara tertentu boleh-boleh saja memakai sandal dan kaos ketika mengunjungi kantor klien, bertemu atasan atau bahkan bertemu menteri sekalipun.
Tapi Indonesia punya standar sendiri, misalnya ketika kunjungan resmi ke kantor menteri atau gubernur, tak sopan seandainya kita hanya memakai sendal jepit, jeans ketat atau kaos oblong.
Walau pengalamanku tidak banyak dalam mengurus orang-orang luar negeri yang pernah bekerja sama secara resmi dengan pemerintah Indonesia, dimana aku baru mempunyai pengalaman bekerjasama dengan orang Belanda, Jerman, Finlandia, Swedia, Inggris, Jepang, Afrika Selatan, Zimbabwe, Philifina, Pakistan, Bangladesh, Kamboja, Vietnam, Thailand, Nepal, Sri Lanka, Palestina, dan negara muda, Timor Leste. Yang durasinya hanya dalam kurun waktu 1-24 bulan saja. Tapi belum pernah aku menemukan kasus yang sangat mengesalkan seperti ini. Dimana aku harus berulang-ulang mengatakan dan memohon supaya mereka mengikuti standar di Indonesia. Jangan sampai malu-maluin aku sebagai salah satu panitianya.
Masa mau ketemu gubernur, menteri aja masih pada pake stelan ke pasar. Yang merasa tidak enak, kan panitianya. Padahal sebelum mereka disetujui terlibat dalam kerjasama ini, mereka pun sudah menyepakati standar2 yg diterapkan di Indonesia. Ah dasar, memang gak cuma orang kita yang ingkar janji, orang luar pun sama.
Sampai pada kejadian hari ini, dimana aku akan membawa mereka mengunjungi Pusat Rehabilitasinya Departemen Pertahanan yang berdasarkan pengalaman aku, disana tuh kita disambut secara resmi oleh para petinggi2 Dephan. Eh masih ada juga peserta dari negara tetangga yang pakai stelan ke pasar. Ketika aku minta mereka kembali ke kamar untuk ganti, eh yang ada ngambek. Nurut sih nurut (daripada gak dikasih sertifikat lulus sama panitia kali :-P) tapi sambil ngedumel. Memang sih ini mah karena personal dia aja kali, yang udah2, temen senegaranya gak begitu.
Yah sudahlah, ini hanya pengalamanku pagi ini saja, mudah2an kita semua bisa belajar tentang bagaimana menghargai sebuah komitmen terhadap suatu standar.
Any comment?
Tapi Indonesia punya standar sendiri, misalnya ketika kunjungan resmi ke kantor menteri atau gubernur, tak sopan seandainya kita hanya memakai sendal jepit, jeans ketat atau kaos oblong.
Walau pengalamanku tidak banyak dalam mengurus orang-orang luar negeri yang pernah bekerja sama secara resmi dengan pemerintah Indonesia, dimana aku baru mempunyai pengalaman bekerjasama dengan orang Belanda, Jerman, Finlandia, Swedia, Inggris, Jepang, Afrika Selatan, Zimbabwe, Philifina, Pakistan, Bangladesh, Kamboja, Vietnam, Thailand, Nepal, Sri Lanka, Palestina, dan negara muda, Timor Leste. Yang durasinya hanya dalam kurun waktu 1-24 bulan saja. Tapi belum pernah aku menemukan kasus yang sangat mengesalkan seperti ini. Dimana aku harus berulang-ulang mengatakan dan memohon supaya mereka mengikuti standar di Indonesia. Jangan sampai malu-maluin aku sebagai salah satu panitianya.
Masa mau ketemu gubernur, menteri aja masih pada pake stelan ke pasar. Yang merasa tidak enak, kan panitianya. Padahal sebelum mereka disetujui terlibat dalam kerjasama ini, mereka pun sudah menyepakati standar2 yg diterapkan di Indonesia. Ah dasar, memang gak cuma orang kita yang ingkar janji, orang luar pun sama.
Sampai pada kejadian hari ini, dimana aku akan membawa mereka mengunjungi Pusat Rehabilitasinya Departemen Pertahanan yang berdasarkan pengalaman aku, disana tuh kita disambut secara resmi oleh para petinggi2 Dephan. Eh masih ada juga peserta dari negara tetangga yang pakai stelan ke pasar. Ketika aku minta mereka kembali ke kamar untuk ganti, eh yang ada ngambek. Nurut sih nurut (daripada gak dikasih sertifikat lulus sama panitia kali :-P) tapi sambil ngedumel. Memang sih ini mah karena personal dia aja kali, yang udah2, temen senegaranya gak begitu.
Yah sudahlah, ini hanya pengalamanku pagi ini saja, mudah2an kita semua bisa belajar tentang bagaimana menghargai sebuah komitmen terhadap suatu standar.
Any comment?
Sabtu, 25 Juli 2009
Senin, 06 Juli 2009
surgaku
setahun lalu,
aku berbangga hati,
lalu aku umumkan kepada dunia,
bahwa akulah orang yang paling berbahagia
akulah orang yg paling beruntung
yang telah menemukan sorgaku...
Tuhan menaburkan duri dalam surgaku
sedikit demi sedikit aku merasakan tusukan duri tersebut
namun aku tahu
Tuhan hanya ingin membuatku kebal akan sakit
aku sadar
Tuhan hanya ingin menguji kesabaranku
Tuhan menambahkan duri lebih banyak lagi
Aku tahu Tuhan ingin aku lebih kuat
ingin aku teriak...
agar rasa sakitku berkurang
tapi aku malu sama dunia dan seisinya
aku terlanjur bermulut besar
tentang surga ini
Ah...
Aku ingat
Tuhan hanya ingin mengujiku saja
kuurungkan saja niatku untuk berteriak
Aku yakin
Tuhan akan segera membuang duri-duri itu
dan menggantinya
dengan bunga warna warni yg harum
iya kan,Tuhan?
aku berbangga hati,
lalu aku umumkan kepada dunia,
bahwa akulah orang yang paling berbahagia
akulah orang yg paling beruntung
yang telah menemukan sorgaku...
Tuhan menaburkan duri dalam surgaku
sedikit demi sedikit aku merasakan tusukan duri tersebut
namun aku tahu
Tuhan hanya ingin membuatku kebal akan sakit
aku sadar
Tuhan hanya ingin menguji kesabaranku
Tuhan menambahkan duri lebih banyak lagi
Aku tahu Tuhan ingin aku lebih kuat
ingin aku teriak...
agar rasa sakitku berkurang
tapi aku malu sama dunia dan seisinya
aku terlanjur bermulut besar
tentang surga ini
Ah...
Aku ingat
Tuhan hanya ingin mengujiku saja
kuurungkan saja niatku untuk berteriak
Aku yakin
Tuhan akan segera membuang duri-duri itu
dan menggantinya
dengan bunga warna warni yg harum
iya kan,Tuhan?
Kamis, 16 April 2009
kembalikan belahan jiwaku, Tuhan....
Tuhan,
Di tengah gelak tawa dan canda,
aku merasa sepi
sendiri...
separuh jiwaku telah hilang...
Tuhan,
kembalikan belahan jiwaku,
aku mohon...
Di tengah gelak tawa dan canda,
aku merasa sepi
sendiri...
separuh jiwaku telah hilang...
Tuhan,
kembalikan belahan jiwaku,
aku mohon...
Jumat, 20 Maret 2009
Antara Tuna Rungu Wicara dan Albino
Kalo baca judulnya pasti aneh, emang apa hubungannya antara Tuna Rungu WIcara dan Albino?
Emang ada kaitannya gitu?
Yang pasti jawabannya cuma ada di pengalamanku ini.
Pada hari minggu lalu, aku sengaja memanggil dua siswa Tuna Rungu Wicara (TRW) melalui pembina asramanya agar siswa tersebut datang ke rumah dinas yang aku tempati yang tidak jauh dari kantorku. Yah, aku sengaja memanggilnya ke rumah untuk belajar Bahasa Inggris secara private.
Mereka adalah 2 dari 40 siswa jurusan KOmputer dan Elektronika yang menjadi muridku di kantor, yah tepatnya mereka adalah penerima manfaat dari Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa tempatku bekerja. memang, sudah tiga tahun ini, kantorku mecoba menerapkan sitem multi layan, jadi kami tidak hanya melayani Tuna Daksa, tapi juga Tuna Rungu Wicara. Jadi, dari 100 siswa yang kami latih setiap tahun yang ditempatkan di 5 jurusan keterampilan (Penjahitan, KOmputer, Grafhic Design, Elektronika dan Pekerjaan Logam) diantaranya adalah Tuna Rungu Wicara. tahun ini kami melatih 90 Tuna Daksa dan 10 Tuna Rungu Wicara.
Well, kembali ke dua siswa Tuna Rungu Wicara tadi, mereka adalah anak pintar dan aktif. tapi karena ketika belajar di kelas mereka suka terlihat keteteran dengan target belajar yang notabene mengikuti target TUna Daksa, diberikanlah free private ini.
Ketika aku mengajari mereka secara private,mereka sangat terlihat antusias dan menunjukkan penerimaan dan penguasaan materi yang luar biasa. Ketika sedang belajar, tiba-tiba satu dari siswa tersebut berbicara dengan isyaratnya:
"Bu, aku lihat bule, You Tube. aku tidak tahu bicaranya, gak bisa"
"Oh... kamu lihat bule di Video You Tube" kataku mencoba meyakinkan dengan menggunakan bahasa isyarat.
"BUkan, Y U S U F Bule yang di kelas elektro!" jelasnya dengan menggunakan ejaan jari.
OH...
kemudian aku teringat, Yusuf yang dia maksud adalah siswa Tuna Daksa Elektro yang menjadi muridku juga. Yusuf adalah siswa albino yang aku lupa dari propinsi mana dia berasal. Yah memang, karena albino nya ini,Yusuf sering dipanggil bule sama teman-temannya. Nah sebagai Tuna Rungu Wicara yang notabene miskin bahasa, memang siswaku ini tidak tahu yang namanya albino. yang dia tahu kalo kulitnya bule dan rambutnya pirang, maka itulah bule atau dalam kosa kata mereka disebut sebagai Amerika.
Sangat miris sekali aku melihatnya, siswa aktif seperti dia, yang bahkan walaupun Tuna Rungu Wicara, dia adalah atlet catur nasional lho!! wuih... aku saja tidak mengerti cara main catur, dia sudah jadi juara, tingkat nasional lagi!
Kemudian aku menjelaskan apa itu albino kepada mereka. Aku jelaskan dengan kalimat yang sangat sederhana.
Aku jadi merasa tertantang untuk melatih mereka, para Tuna Rungu Wicara yang ada di kantorku. agar mereka tidak lagi menjadi sosok yang miskin bahasa. aku ingin mengajari mereka bahasa yang baik. terutama Bahasa INdonesia dan Bahasa Inggris, dengan cara mengobrol banyak dengan mereka dan berdiskusi tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. agar mereka tidak lagi terpenjara di dunia bebas ini. Agar mereka paham apa yang terjadi di luar sana, agar mereka terus menerus mendapatkan informasi seperti halnya anak mendengar.
Aku jadi ingat, bagaimana seorang Tuna Rungu dari Inggris yang tuli total, bisa bicara dengan baik. dan dia bisa menyimak apa yang bibir kita ucapkan, walaupun bibir kita mengucapkan bahasa INdonesia, bukan Bahasa INggris.
Aku sangat berharap, bahwa pendidikan untuk Tuna Rungu di Indonesia bisa lebih baik, walaupun tidak sama dengan sistem yang diterapkan di Inggris sana. Insya Allah aku akan menulis hasil diskusiku dengan Tuna Rungu dari Inggris yang menakjubkan tersebut, diskusi kami tentunya mengenai metode pengajaran untuk Tuna Rungu. Mudah-mudahan aku bisa menulisnya dalam waktu cepat.
Emang ada kaitannya gitu?
Yang pasti jawabannya cuma ada di pengalamanku ini.
Pada hari minggu lalu, aku sengaja memanggil dua siswa Tuna Rungu Wicara (TRW) melalui pembina asramanya agar siswa tersebut datang ke rumah dinas yang aku tempati yang tidak jauh dari kantorku. Yah, aku sengaja memanggilnya ke rumah untuk belajar Bahasa Inggris secara private.
Mereka adalah 2 dari 40 siswa jurusan KOmputer dan Elektronika yang menjadi muridku di kantor, yah tepatnya mereka adalah penerima manfaat dari Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa tempatku bekerja. memang, sudah tiga tahun ini, kantorku mecoba menerapkan sitem multi layan, jadi kami tidak hanya melayani Tuna Daksa, tapi juga Tuna Rungu Wicara. Jadi, dari 100 siswa yang kami latih setiap tahun yang ditempatkan di 5 jurusan keterampilan (Penjahitan, KOmputer, Grafhic Design, Elektronika dan Pekerjaan Logam) diantaranya adalah Tuna Rungu Wicara. tahun ini kami melatih 90 Tuna Daksa dan 10 Tuna Rungu Wicara.
Well, kembali ke dua siswa Tuna Rungu Wicara tadi, mereka adalah anak pintar dan aktif. tapi karena ketika belajar di kelas mereka suka terlihat keteteran dengan target belajar yang notabene mengikuti target TUna Daksa, diberikanlah free private ini.
Ketika aku mengajari mereka secara private,mereka sangat terlihat antusias dan menunjukkan penerimaan dan penguasaan materi yang luar biasa. Ketika sedang belajar, tiba-tiba satu dari siswa tersebut berbicara dengan isyaratnya:
"Bu, aku lihat bule, You Tube. aku tidak tahu bicaranya, gak bisa"
"Oh... kamu lihat bule di Video You Tube" kataku mencoba meyakinkan dengan menggunakan bahasa isyarat.
"BUkan, Y U S U F Bule yang di kelas elektro!" jelasnya dengan menggunakan ejaan jari.
OH...
kemudian aku teringat, Yusuf yang dia maksud adalah siswa Tuna Daksa Elektro yang menjadi muridku juga. Yusuf adalah siswa albino yang aku lupa dari propinsi mana dia berasal. Yah memang, karena albino nya ini,Yusuf sering dipanggil bule sama teman-temannya. Nah sebagai Tuna Rungu Wicara yang notabene miskin bahasa, memang siswaku ini tidak tahu yang namanya albino. yang dia tahu kalo kulitnya bule dan rambutnya pirang, maka itulah bule atau dalam kosa kata mereka disebut sebagai Amerika.
Sangat miris sekali aku melihatnya, siswa aktif seperti dia, yang bahkan walaupun Tuna Rungu Wicara, dia adalah atlet catur nasional lho!! wuih... aku saja tidak mengerti cara main catur, dia sudah jadi juara, tingkat nasional lagi!
Kemudian aku menjelaskan apa itu albino kepada mereka. Aku jelaskan dengan kalimat yang sangat sederhana.
Aku jadi merasa tertantang untuk melatih mereka, para Tuna Rungu Wicara yang ada di kantorku. agar mereka tidak lagi menjadi sosok yang miskin bahasa. aku ingin mengajari mereka bahasa yang baik. terutama Bahasa INdonesia dan Bahasa Inggris, dengan cara mengobrol banyak dengan mereka dan berdiskusi tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. agar mereka tidak lagi terpenjara di dunia bebas ini. Agar mereka paham apa yang terjadi di luar sana, agar mereka terus menerus mendapatkan informasi seperti halnya anak mendengar.
Aku jadi ingat, bagaimana seorang Tuna Rungu dari Inggris yang tuli total, bisa bicara dengan baik. dan dia bisa menyimak apa yang bibir kita ucapkan, walaupun bibir kita mengucapkan bahasa INdonesia, bukan Bahasa INggris.
Aku sangat berharap, bahwa pendidikan untuk Tuna Rungu di Indonesia bisa lebih baik, walaupun tidak sama dengan sistem yang diterapkan di Inggris sana. Insya Allah aku akan menulis hasil diskusiku dengan Tuna Rungu dari Inggris yang menakjubkan tersebut, diskusi kami tentunya mengenai metode pengajaran untuk Tuna Rungu. Mudah-mudahan aku bisa menulisnya dalam waktu cepat.
Menuju taman seribu bahagia
Kuntum semakin indah
Sejauh masih terlihat merah
Pagar menyamarkan sorot lampu
Cadar sutera menutup mata sayu
Langit yang dulu biru kini terlihat abu-abu
Ingin ku membisikkan kata sunyi pada hati, tapi sulit memahami.
Ingin ku meniup suara merdu pada nurani,
tapi sukar tuk mengagumi.
Mata masih saja memberikan kesan maya
Membuai manis setiap kata dalam kilat cahaya
Gerak tubuh membuat semua menjadi lebih nyata
Dalam dunia tanpa meriah pesta
Kuntum semakin indah
Saat musim berganti cerah
Petikan nada berbaur suara riuh rendah
Gulali di tangan mungil tanda suasana kian meriah
Dan gadis kecil berpita, pipinya semakin memerah
Masih ada rasa malu untuk memulai berkata
Meskipun ribuan sajak terlukis di dinding bertekstur rata
Dengan terbata-bata mulut itu terbuka
Membunyikan suara yang sukar diterima
Penuhilah dunia ini dengan warna derma
Manjakanlah langkahmu menuju taman seribu bahagia.
Sejauh masih terlihat merah
Pagar menyamarkan sorot lampu
Cadar sutera menutup mata sayu
Langit yang dulu biru kini terlihat abu-abu
Ingin ku membisikkan kata sunyi pada hati, tapi sulit memahami.
Ingin ku meniup suara merdu pada nurani,
tapi sukar tuk mengagumi.
Mata masih saja memberikan kesan maya
Membuai manis setiap kata dalam kilat cahaya
Gerak tubuh membuat semua menjadi lebih nyata
Dalam dunia tanpa meriah pesta
Kuntum semakin indah
Saat musim berganti cerah
Petikan nada berbaur suara riuh rendah
Gulali di tangan mungil tanda suasana kian meriah
Dan gadis kecil berpita, pipinya semakin memerah
Masih ada rasa malu untuk memulai berkata
Meskipun ribuan sajak terlukis di dinding bertekstur rata
Dengan terbata-bata mulut itu terbuka
Membunyikan suara yang sukar diterima
Penuhilah dunia ini dengan warna derma
Manjakanlah langkahmu menuju taman seribu bahagia.
Kamis, 19 Februari 2009
.........
Langkah kaki mulai mengambang
Lunglai terbawa angin terbang
Azam yang sudah dipancang tumbang
Akal terurai dan semburat sinar membawanya melayang.
Soji terguncang
Pena di genggaman jatuh menghilang
Sepucuk surat belum selesai dilukis
Saat pemiliknya menitipkan pesan pada burung belibis.
Bubuk penyambung nyawa beradu dengan dingin hawa
Dari samping beranda senja mulai melirik manja
Perjalanan panjang
Ujung pangkal tak tampak di pandang.
Senyum masih dipaksakan mengembang
Walau genggaman semakin meregang
Moment terlewatkan tak mungkin diulang
Air jatuh mengenang....
Lunglai terbawa angin terbang
Azam yang sudah dipancang tumbang
Akal terurai dan semburat sinar membawanya melayang.
Soji terguncang
Pena di genggaman jatuh menghilang
Sepucuk surat belum selesai dilukis
Saat pemiliknya menitipkan pesan pada burung belibis.
Bubuk penyambung nyawa beradu dengan dingin hawa
Dari samping beranda senja mulai melirik manja
Perjalanan panjang
Ujung pangkal tak tampak di pandang.
Senyum masih dipaksakan mengembang
Walau genggaman semakin meregang
Moment terlewatkan tak mungkin diulang
Air jatuh mengenang....
Kamis, 29 Januari 2009
kenapa sih?
Menyebalkan juga ya ternyata kalo orang yang dekat dengan kita marah tiba2, sampe2 gak mau angkat telpon dan atau balas SMS. Mana masih pagi, lagi!
Pundung kalo kata Sunda mah...
Perasaan aku gak pernah bersikap pundung gitu ama dia??
Eh mungkin aku juga kali ya yang harus intropkesi diri, mungkin tanpa aku sadari dia tersinggung dengan ucapan atau cara bicaraku yang kadang nyerocos and asal keluar aja...
Atau karena aku kadang spontan aja ngeluarin ide dari kepalaku?
Maybe...
Apa ini yang disebut "Aku kurang peka"?
Mungkin aja kali!
Maaf aja kalo aku ada salah, maaf....
Ya udah deh gak usah dipusingin sekarang, nambah penuh kepala aja....! Kerjaan di meja aja dah lumayan numpuk. Mendingan mikirin kerjaan aja dulu...
Kerja...kerja....
Mudah2an Allah membukakan hatinya dan mengembalikannya seperti semula.
Semoga Allah juga menyadarkan aku atas kesalahan-kesalahanku...
Amin...
Pundung kalo kata Sunda mah...
Perasaan aku gak pernah bersikap pundung gitu ama dia??
Eh mungkin aku juga kali ya yang harus intropkesi diri, mungkin tanpa aku sadari dia tersinggung dengan ucapan atau cara bicaraku yang kadang nyerocos and asal keluar aja...
Atau karena aku kadang spontan aja ngeluarin ide dari kepalaku?
Maybe...
Apa ini yang disebut "Aku kurang peka"?
Mungkin aja kali!
Maaf aja kalo aku ada salah, maaf....
Ya udah deh gak usah dipusingin sekarang, nambah penuh kepala aja....! Kerjaan di meja aja dah lumayan numpuk. Mendingan mikirin kerjaan aja dulu...
Kerja...kerja....
Mudah2an Allah membukakan hatinya dan mengembalikannya seperti semula.
Semoga Allah juga menyadarkan aku atas kesalahan-kesalahanku...
Amin...
Selasa, 27 Januari 2009
Ngobrol
Pernah gak sih merasa terganggu karena diajak ngobrol sama orang lain yg notabene satu team dengan kita?
Hal ini yang belakangan terjadi kepadaku dan lumayan mengganggu.
kenapa?
Apa karena aku pendiam?
Gak juga...
Kadang-kadang aku bawel kok, bisa ngobrol mpe berjam-jam di darat atau pun di telpon, tapi itu hanya dengan orang-orang tertentu saja, yaitu dengan orang yg memang aku ngerasa nyaman...
Apa karena obrolan itu mengganggu kerjaanku?
Gak juga...
Kadang aku suka ngobrol dengan temenku sambil ngetik kerjaan yg gak krusial bgt...
Oh berarti emang aku gak suka ngobrol dengan orang itu dengan alasan orang tersebut bukan teman deket aku atau bukan orang yang asyik bagiku. sehingga di depannya aku lebih suka menjadi orang yang pendiam...Only working, working n working...
trus selama ini aku juga berusaha untuk selalu terlihat sibuk di depannya... biar dia gak ngajak ngobrol.
Ugghhh..
akunya yang tidak menyenangkan atau dianya yg gak menyenangkan untuk ngobrol sih..
Kok jadi beban banget ya buat aku ketika harus ngobrol dengannya??
Mungkin aku harus pake cara 'The Secret' kali ya, dengan menganggap dia itu teman ngobrol yang menyenangkan dan aku tidak merasa terbebani ketika dia ngajakin aku ngobrol...
Mudah-mudahan bisa deh...
Amin...
Hal ini yang belakangan terjadi kepadaku dan lumayan mengganggu.
kenapa?
Apa karena aku pendiam?
Gak juga...
Kadang-kadang aku bawel kok, bisa ngobrol mpe berjam-jam di darat atau pun di telpon, tapi itu hanya dengan orang-orang tertentu saja, yaitu dengan orang yg memang aku ngerasa nyaman...
Apa karena obrolan itu mengganggu kerjaanku?
Gak juga...
Kadang aku suka ngobrol dengan temenku sambil ngetik kerjaan yg gak krusial bgt...
Oh berarti emang aku gak suka ngobrol dengan orang itu dengan alasan orang tersebut bukan teman deket aku atau bukan orang yang asyik bagiku. sehingga di depannya aku lebih suka menjadi orang yang pendiam...Only working, working n working...
trus selama ini aku juga berusaha untuk selalu terlihat sibuk di depannya... biar dia gak ngajak ngobrol.
Ugghhh..
akunya yang tidak menyenangkan atau dianya yg gak menyenangkan untuk ngobrol sih..
Kok jadi beban banget ya buat aku ketika harus ngobrol dengannya??
Mungkin aku harus pake cara 'The Secret' kali ya, dengan menganggap dia itu teman ngobrol yang menyenangkan dan aku tidak merasa terbebani ketika dia ngajakin aku ngobrol...
Mudah-mudahan bisa deh...
Amin...
KRL oh KRL
Kenapa ya belakangan ini pelayanan KRL semakin buruk? hari Jumat kemarin pas pulang kerja, KRL Bogor-Jakarta yg aku tumpangi mogok setelah melewati Stasiun Depok Lama. Para penumpang loncat di ketinggian sekitar 1.5 m untuk pindah ke kereta lainnya. Buat yg muda2 sih gak maslah... lah ini kasian yg pada tua2, kakek2 dan nenek2, ibu2 yg bawa bayi, yg bawaaannya banyak...
Alhamdulillah ada beberapa penumpang yg jadi sukarelawan nolongin penumpang loncat n naik kereta berikutnya yang gak kalah tingginya.
Mpe terakhir aku lihat ada petugas yang bawain kursi yang dipake sebagai tangga darurat untuk menurunkan dan menaikan penumpang.
Trus pas hari Minggu kemaren, kereta cuma pake satu jalur dari Cilebut ke Bogor. alhasil, penumpang numpuk di setiap stasiun, kereta tak kunjung datang..
setelah sekitar 2 jam menunggu, aku kehilangan sabar dan menukar kembali karcis yang sudah aku beli dan kemudian naik angkot 3 kali untuk sampai ke rumah... biasanya aku hanya membutuhkan 30 menit untuk sampai rumah dari stasiun, kali ini menyita waktu sekitar 2 jam...
Yah memang KRL menjadi pilihan yang paling bijak untuk transport harianku. secara kalo naik angkot atau bis, bisa makan waktu 2.5 jam dari rumah ke kantor dengan ongkos Rp. 25.000,- sehari.
nah dengan KRL ini hanya memakan waktu 1.5 jam dari rumah ke kantor dan ongkos sekitar Rp. 15.000,- per hari. Lumayan kan selisih waktu dan ongkosnya.. ;)
Mudah2an pelayanan KRL menjadi lebih baik deh... karena memang dibutuhkan banyak orang, seperti aku salah satunya :0
Alhamdulillah ada beberapa penumpang yg jadi sukarelawan nolongin penumpang loncat n naik kereta berikutnya yang gak kalah tingginya.
Mpe terakhir aku lihat ada petugas yang bawain kursi yang dipake sebagai tangga darurat untuk menurunkan dan menaikan penumpang.
Trus pas hari Minggu kemaren, kereta cuma pake satu jalur dari Cilebut ke Bogor. alhasil, penumpang numpuk di setiap stasiun, kereta tak kunjung datang..
setelah sekitar 2 jam menunggu, aku kehilangan sabar dan menukar kembali karcis yang sudah aku beli dan kemudian naik angkot 3 kali untuk sampai ke rumah... biasanya aku hanya membutuhkan 30 menit untuk sampai rumah dari stasiun, kali ini menyita waktu sekitar 2 jam...
Yah memang KRL menjadi pilihan yang paling bijak untuk transport harianku. secara kalo naik angkot atau bis, bisa makan waktu 2.5 jam dari rumah ke kantor dengan ongkos Rp. 25.000,- sehari.
nah dengan KRL ini hanya memakan waktu 1.5 jam dari rumah ke kantor dan ongkos sekitar Rp. 15.000,- per hari. Lumayan kan selisih waktu dan ongkosnya.. ;)
Mudah2an pelayanan KRL menjadi lebih baik deh... karena memang dibutuhkan banyak orang, seperti aku salah satunya :0
Saat kehilangan
Saat kehilangan...
Waktu terasa berhenti utntuk merekam kenangan,
Bayangan akan menghilang bersama embun,
Desir daun tertiup angin makin tertegun.
Tetesan air masih menggantung di ujung atap,
Ketika wajah putih pucat seperti menguap,
Ditinggal membujur kaku,
Tiada lagi nafas dalam udara yang beku.
Air jatuh tak ada arti dan berbunyi,
Malam yang ramai tetap sunyi.
Saat kehilangan...
Kenyataan menjelma bayangan,
menghirup nafas panjang tak dapat meringankan,
Doa dan amalan lah yang menjadi tumpuan.
Tanah masih basah dengan hujan semalam,
Jejak kaki timbul menghujam,
Jalan lama dilalui beriringan,
Ke depan tak mungkin lagi bergandengan tangan.
Sinar mentari tak hangatkan hari,
Tertutup mata sampai tiba waktunya nanti.
Waktu terasa berhenti utntuk merekam kenangan,
Bayangan akan menghilang bersama embun,
Desir daun tertiup angin makin tertegun.
Tetesan air masih menggantung di ujung atap,
Ketika wajah putih pucat seperti menguap,
Ditinggal membujur kaku,
Tiada lagi nafas dalam udara yang beku.
Air jatuh tak ada arti dan berbunyi,
Malam yang ramai tetap sunyi.
Saat kehilangan...
Kenyataan menjelma bayangan,
menghirup nafas panjang tak dapat meringankan,
Doa dan amalan lah yang menjadi tumpuan.
Tanah masih basah dengan hujan semalam,
Jejak kaki timbul menghujam,
Jalan lama dilalui beriringan,
Ke depan tak mungkin lagi bergandengan tangan.
Sinar mentari tak hangatkan hari,
Tertutup mata sampai tiba waktunya nanti.
Selasa, 13 Januari 2009
Bapak bangga padamu, Dik!
Kain putih ini belum sempat kulipat, setengah ke bawah masih tersisa di badanku, saat aku menerima pesan singkatmu yang berisi "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, telah berpulang bapak kami..."
Yah, pesan itu menyiratkan, Bapak telah berpulang 18,5 jam yang lalu dan telah dikebumikan 5,5 jam yang lalu.
Pesan yang benar-benar membuatku tersentak kaget, dan kemudian terdiam sejenak,
air mata menetes, tangan ini menengadah, memohon yang terbaik untukmu dan Bapak, yang aku yakin beliau pergi dengan tenang dan bangga memmpunyai penerus sepertimu.
Bapak bangga padamu, Dik!
Oh Tuhan....
aku teringat,
50 jam yang lalu kau masih mengirimku pesan menanyakan kabarku "Mbak sehat?"
Namun sayangnya telepon selularku tidak ada pulsa sehingga tak bisa membalas pesan itu. padahal mungkin saat itu kau butuh teman... Maafkan aku!
49 jam yang lalu kau mengirimku karyamu seperti biasanya.
pusimu sangat bagus,mendalam, tapi aku sedikit heran, isi puisimu lain dari biasanya...
6 jam yang lalu, aku membaca pesan dari temanmu, yang mengucapkan belasungkawa. aku bertanya pada diri sendiri, siapa yang telah pergi, dan aku hanya bertanya apa yang telah terjadi kepadamu, Dik?
dan akhirnya...
pesan singkatmu 1 jam yang lalu,menjawab semuanya.
Ada rasa sedih,marah dan kesal, bercampur jadi satu.
Kenapa aku tidak ada pulsa sehingga tidak bisa membalas pesanmu yang mungkin saat itu kau butuhkan sebagai teman?
Kenapa internet di rumahku mati sehingga aku tidak bisa menghubungimu lewat messenger dan mungkin saat itu kau bisa berbagi?
Aku terdiam...
Diam...
Sebuah suara bertanya,"kenapa termenung?"
Aku masih terdiam...
Sebuah tangan halus, lembut membelaiku,seakan berkata bahwa hanya doa yang bisa kusampaikan sekarang.
Ya...
hanya doa,
semoga Bapak diterima di sisi-Nya, diampunkan segala dosanya dan diterima amal baiknya.
semoga,adanya dirimu, keberadaanmu, sebagai pahala yang tiada putusnya untuk Bapak.
semoga Allah memberikan kesabaran kepadamu, Ibu dan yang ditinggalkan,
semoga...
semoga...
semoga...
semoga...
Amin Ya Rabbalalamin...
Yah, pesan itu menyiratkan, Bapak telah berpulang 18,5 jam yang lalu dan telah dikebumikan 5,5 jam yang lalu.
Pesan yang benar-benar membuatku tersentak kaget, dan kemudian terdiam sejenak,
air mata menetes, tangan ini menengadah, memohon yang terbaik untukmu dan Bapak, yang aku yakin beliau pergi dengan tenang dan bangga memmpunyai penerus sepertimu.
Bapak bangga padamu, Dik!
Oh Tuhan....
aku teringat,
50 jam yang lalu kau masih mengirimku pesan menanyakan kabarku "Mbak sehat?"
Namun sayangnya telepon selularku tidak ada pulsa sehingga tak bisa membalas pesan itu. padahal mungkin saat itu kau butuh teman... Maafkan aku!
49 jam yang lalu kau mengirimku karyamu seperti biasanya.
pusimu sangat bagus,mendalam, tapi aku sedikit heran, isi puisimu lain dari biasanya...
6 jam yang lalu, aku membaca pesan dari temanmu, yang mengucapkan belasungkawa. aku bertanya pada diri sendiri, siapa yang telah pergi, dan aku hanya bertanya apa yang telah terjadi kepadamu, Dik?
dan akhirnya...
pesan singkatmu 1 jam yang lalu,menjawab semuanya.
Ada rasa sedih,marah dan kesal, bercampur jadi satu.
Kenapa aku tidak ada pulsa sehingga tidak bisa membalas pesanmu yang mungkin saat itu kau butuhkan sebagai teman?
Kenapa internet di rumahku mati sehingga aku tidak bisa menghubungimu lewat messenger dan mungkin saat itu kau bisa berbagi?
Aku terdiam...
Diam...
Sebuah suara bertanya,"kenapa termenung?"
Aku masih terdiam...
Sebuah tangan halus, lembut membelaiku,seakan berkata bahwa hanya doa yang bisa kusampaikan sekarang.
Ya...
hanya doa,
semoga Bapak diterima di sisi-Nya, diampunkan segala dosanya dan diterima amal baiknya.
semoga,adanya dirimu, keberadaanmu, sebagai pahala yang tiada putusnya untuk Bapak.
semoga Allah memberikan kesabaran kepadamu, Ibu dan yang ditinggalkan,
semoga...
semoga...
semoga...
semoga...
Amin Ya Rabbalalamin...
Senin, 12 Januari 2009
....
Malam pun menjadi hening,
Langit tampak begitu bening,
Dan di dalam pelukan keheningan,
Malam tersembunyi mimpi kehilangan.
Bulan begitu bulat, jangan takut adikku,
Suara halus itu menyapaku.
Kalbu yang sudah meredup,
Kembali mencari gema yang hampir berlalu,
Kaki yang dingin,
Masih menahan sebagian nyawa,
Untuk merebahkan tubuh tidur kaku.
Bulan semakin pucat,
Selimuti jiwamu adikku,
Suara halus itu mengingatkanku.
Friksi dan siluet,
Makin mengganggu kelopak mata,
Degup mulai ada walaupun tidak tertata.
Biarkan hati yang ada di dirimu menjadikan hidup,
Suara terakhir itu hilang sayup-sayup.
Bulan semakin samar,
Tutupilah ragamu, adikku.
Suara halus itu ada di hatiku...
Langit tampak begitu bening,
Dan di dalam pelukan keheningan,
Malam tersembunyi mimpi kehilangan.
Bulan begitu bulat, jangan takut adikku,
Suara halus itu menyapaku.
Kalbu yang sudah meredup,
Kembali mencari gema yang hampir berlalu,
Kaki yang dingin,
Masih menahan sebagian nyawa,
Untuk merebahkan tubuh tidur kaku.
Bulan semakin pucat,
Selimuti jiwamu adikku,
Suara halus itu mengingatkanku.
Friksi dan siluet,
Makin mengganggu kelopak mata,
Degup mulai ada walaupun tidak tertata.
Biarkan hati yang ada di dirimu menjadikan hidup,
Suara terakhir itu hilang sayup-sayup.
Bulan semakin samar,
Tutupilah ragamu, adikku.
Suara halus itu ada di hatiku...
Langganan:
Postingan (Atom)