Sorenya saya datang agak terlambat, namun beruntung saya masih bisa terlibat dalam sisa waktu acara tersebut. Mahasiswa calon peserta pelatihan ternyata tidak hadir semua. Mungkin sebagian sedang ikut demo menolak kenaikan BBM di Jakarta.
Di acara itu, semua yang hadir mendapat jatah snack box, dan khusus untuk fasilitator, kami mendapat tambahan nasi kotak. Ketika acara ditutup, sisa snack box masih banyak, sehingga kami mendapat masing-masing jatah 3. Dikarenakan sudah malam, kami memutuskan untuk segera pulang -dengan membawa nasi kotak dan 4 snack box.
Sambil mengendarai sepeda motor, saya berpikir bahwa saya tidak harus masak untuk makan malam, karena makanan yang saya bawa dari kampus itu sudah cukup. Hmmm... sounds good! Tapi, pikiran saya berubah ketika di sepanjang jalanan macet di Kota Bogor ini saya melihat anak-anak jalanan di lampu merah, pemulung yang masih mengais sampah walau sudah malam, abang-abang pedagang asongan yang jualan di lampu merah, pak ogah di persimpangan, dan calo-calo angkot yang masih sibuk.
Ahh... saya jadi merenung sambil menurunkan kecepatan motor saya. Betapa beruntungnya saya, karena saya tidak harus bekerja seperti mereka untuk mencari sesuap nasi. Allah masih memberikan saya kemudahan untuk mencari nafkah, tanpa harus berdekil ria seperti mereka.
Teringat akan Nasi kotak yang berisi nasi, ayam bakar lengkap dengan lalapnya dan snack box yang berisi tiga macam kue dan air minum kemasan -yang saya bawa, saya jadi berpikir untuk tidak jadi membawanya ke rumah. Keluarga saya dan saya masih bisa makan ayam dan kue-kue itu kapan-kapan. Terbayang wajah-wajah lusuh anak dan istri para pemulung yang sering saya lihat di TV, atau keluarga pedagang asongan yang menanti mereka di kontrakan petak. Ah, pasti mereka lebih bahagia jika bisa makan malam dengan ayam bakar dan menyantap camilan ini.
Ahh... saya jadi merenung sambil menurunkan kecepatan motor saya. Betapa beruntungnya saya, karena saya tidak harus bekerja seperti mereka untuk mencari sesuap nasi. Allah masih memberikan saya kemudahan untuk mencari nafkah, tanpa harus berdekil ria seperti mereka.
Teringat akan Nasi kotak yang berisi nasi, ayam bakar lengkap dengan lalapnya dan snack box yang berisi tiga macam kue dan air minum kemasan -yang saya bawa, saya jadi berpikir untuk tidak jadi membawanya ke rumah. Keluarga saya dan saya masih bisa makan ayam dan kue-kue itu kapan-kapan. Terbayang wajah-wajah lusuh anak dan istri para pemulung yang sering saya lihat di TV, atau keluarga pedagang asongan yang menanti mereka di kontrakan petak. Ah, pasti mereka lebih bahagia jika bisa makan malam dengan ayam bakar dan menyantap camilan ini.
Saya pun mulai melepaskan pandangan ke kiri kanan jalan. Dan saya sudah hampir tiba di lampu merah dimana saya sering melihat pedagang asongan duduk kelelahan bersandar di tiang listrik. Ah, pasti mereka akan senang sekali jika saya memberikan makanan ini. Sayang sekali, saya tidak bisa mengambil arah kanan untuk mendekati tempat mangkal pedagang asongan itu. Jalanan terlalu ramai malam itu, maklum malam itu adalah weekend.
Akhirnya saya melanjutkan perjalanan saya, dan berharap bertemu dengan mereka yang lebih berhak atas makanan ini. Dan di sebelah kiri jalan, saya sepintas melihat seorang bapak sedang mengais tempat sampah, menyortir sampah plastik yang bisa ia jual. Saya berhenti agak jauh, dan kemudian memutar balik motor saya. Saya yakin, dialah orang yang berhak itu.
Beberapa langkah dari bapak itu, saya matikan mesin motor. Kemudian berjalan kaki menghampirinya. Kemudian saya menyapanya,
"Bapak, punten.. ini ada makanan. Mudah-mudahan bisa untuk makan malam bapak."
Ah Tuhan, betapa bahagianya wajah bapak tersebut, dan dengan wajah bahagianya itu, ia segera memasukkan kantong kresek yang berisi makanan tersebut ke dalam gerobak sampahnya.
Saya pun pamit dan segera melanjutkan perjalanan. Air mata ini menggenang. Angin malam, bintang yang redup, asap kendaraan, debu di jalanan, menjadi saksi kebahagiaan bapak tersebut, dan tentunya kebahagiaan saya juga.
Terimakasih Tuhan, atas nikmat berbagi yang engkau berikan.
Walaupun aku belum bisa berbagi banyak seperti mereka-mereka di sana.
Cukupkanlah mereka sebagaimana Engkau senantiasa mencukupkan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar